Public Campaign MAFINDO Jombang
Mafindo Jombang Gelar Public Campaign Perdana
Mafindo Jombang menggelar Public Campaign perdananya yang bertajuk “Jombang Tangguh Lawan Hoaks” pada Minggu (28/4/2019) di area Car Free Day Jl. Wachid Hasyim, Jombang.
Acara yang didukung oleh Polres Jombang, Satlantas Jombang, KPU Jombang dan Diskominfo Jombang ini dihadiri oleh, Ketua KPU Jombang Bapak Muhaimin Shofi, Kepala Diskominfo (Kadiskominfo) Jombang, Bapak Budi Winarno, dan Presidium Mafindo Rovien Aryunia. Adapun Kapolres Jombang AKBP Fadli Widiyanto berhalangan hadir.
Ketua panitia, Wahyu Subianto menjelaskan bahwa acara ini digelar untuk mengajak masyarakat Jombang semakin tangguh melawan hoaks dan membantu menciptakan suasana kondusif pasca Pemilu 2019 di tengah gempuran hoaks yang bak cendawan.
Ketua KPU, Kadiskominfo, Presidium Mafindo, didampingi relawan Mafindo Jombang dan dipandu host Indra mengukuhkan komitmen melawan hoaks yang mengancam persatuan dan kesatuan NKRI dengan menghancurkan simbol hoaks secara bersama-sama.
Dalam acara ini dipaparkan pula beberapa tools verifikasi fakta produk Mafindo dan tutorial penggunaannya seperti Kalimasada, Hoax Buster Tools, FAFHH, situs turnbackhoax.id, cekfakta.com, serta kanal-kanal Mafindo di Instagram dan Twitter.
Acara diakhiri pukul 08.17 WIB setelah host Indra dan relawan berinteraksi serta mengedukasi masyarakat melalui games dan kuis sederhana berhadiah merchandise menarik
Acara diakhiri pukul 08.17 WIB setelah host Indra dan relawan berinteraksi serta mengedukasi masyarakat melalui games dan kuis sederhana berhadiah merchandise menarik




Mafindo bekerjasama dengan Creative Festival (SCF) mengadakan sosialisasi bahaya hoaks
Lawan Hoaks Dari Keluarga
Mafindo bekerja sama dengan Sragen Creative Festival (SCF) mengadakan sosialisasi bahaya hoaks pada Jumat, 26 April 2019. Kegiatan ini diadakan di Gedung Sasana Manggala Sukowati (SMS) Sragen bersamaan dengan acara Pameran Inovasi Pendidikan dan Kebudayaan Sragen yang digelar 26 – 28 April 2019.
Perwakilan Relawan Mafindo Solo, Johan Wahyudi yang menjadi narasumber, ditemani dua host dari SCF, yakni Mas Johny dan Mbak Luluk.
Johan menjelaskan bahwa hoaks mesti dijadikan musuh bersama, karena bisa memecah belah persatuan bangsa. Salah satu cara yang dipandang efektif adalah meningkatkan peran keluarga.
Keluarga perlu terbuka terhadap informasi yang diterimanya. Ayah, Ibu, dan anak-anak perlu dibangun semangat kebersamaan untuk saling mengontrol informasi yang diterimanya. Jika ada informasi yang meragukan, perlu ada anggota keluarga yang berani menegur kesalahan tersebut dan memberikan penjelasan.
“Jika anggota keluarga sudah mau memfilter informasi, itu sudah menjadi prestasi hebat. Adanya kesadaran bahwa informasi itu meragukan kebenarannya dan tidak menyebarkannya merupakan semangat membangun keutuhan negara. Ingat, hoaks justru sering terjadi di kalangan terdekat kita karena tidak ada orang yang menegurnya” kata Johan.
Dari keluarga, gerakan antihoaks perlu diintensifkan lewat komunitas. Anak-anak yang telah memiliki pengetahuan dan keberanian karena dididik oleh orang tuanya akan berani pula menyampaikan informasi yang benar kepada teman-temannya. Begitulah efek domino yang diharapkan dari gerakan antihoaks ini.
Antusiasme pengunjung mengikuti sosialisasi bahaya hoaks sangat bagus. Guru TK yang bernama Bu Lilik mengaku sangat senang menyimak acara ini. Seorang Kepala Sekolah bernama Pak Hartono turut berbagi pengalaman tentang hoaks yang terjadi di lingkungannya.
Beberapa pengunjung yang terkena “tembak kuis” turut memeriahkan acara. Begitu pertanyaan tentang bahaya hoaks yang diajukan narasumber berhasil dijawab dengan benar, hadiah pun diberikan.
Akibat asyiknya acara itu, kegiatan tersebut makan waktu melebihi jatahnya.





Siaran MAFINDO Soloraya di RRI Surakarta “Peran Perempuan dalam Gerakan Literasi dan Perlawanan terhadap Hoaks”
Mafindo Soloraya bekerja sama dengan RRI Surakarta kembali menggelar bincang-bincang interaktif satu jam, Kamis (26/4/2019). Kegiatan yang dikemas dalam acara “Bincang Pagi” kali ini mengangkat tema “Peran Perempuan dalam Gerakan Literasi dan Perlawanan terhadap Hoaks”. Bincang-bincang disiarkan langsung dari di studio Pro 1 RRI Surakarta.
Sebagai narasumber adalah relawan Mafindo Solo, Niken Satyawati dan pegiat Sastra PAWON, Yessita Dewi. Acara dipandu penyiar RRI, Yosefina Widha. Sejumlah pendengar terlibat dalam sesi diskusi interaktif on air baik melalui line telepon maupun aplikasi Whatsapp

Talkshow MAFINDO Bandung Raya “Pemilu Usai, Hoax Makin Meroket, kok Bisa?”
Mafindo Wilayah Bandung Raya diundang menjadi narasumber dalam talkshow “Sorotan” edisi 23 April 2019 dengan tema “Pemilu Usai, Hoax Makin Meroket, kok Bisa? Topik ini diangkat sejalan dengan laporan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mencatat 22 hoax yang beredar di masyarakat per 21 April 2019. Dari 22 hoax yang dihimpun, paling banyak terkait Pemilu 2019. Beberapa hoax yang dideteksi Kominfo di antaranya mengenai eksodus WNI ke luar negeri karena khawatir terjadi chaos seusai pilpres, salam dua jari di millennial road safety festival, dan penghitungan hasil quick count di Metro TV yang memenangkan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Hoax lain yang dideteksi Kominfo adalah soal tudingan lembaga survei yang berpihak kepada salah satu pasangan capres-cawapres, isu adanya kecurangan di pilpres, seperti surat suara yang tercoblos, hingga soal Syekh Ali Jaber yang mendukung Jokowi.
Tujuan dari talkshow ini berupaya mengupas penyebab dan alasan hoax atau berita bohong usai Pemilu makin marak. Selama sekira 45 menit, host program “Sorotan” mewawancara narasumber dari Mafindo Bandung Raya (Hadi Purnama) dan dari Jabar Saber Hoaks (Alfianto Yustinova).
Poin-poin yang disampaikan oleh narasumber Mafindo Bandung Raya:
- Keberadaan hoaks usai Pemilu Raya 2019 adalah penggiringan opini publik, yang dilakukan banyak pihak. Tidak tertutip kemungkinan hoaks diproduksi dan disebarkan oleh pihak asing dalam konteks proxy war.
- Hoaks berkembang karena motif politik, ekonomi, dan terkadang iseng.
- Penyebarluasan hoaks terutama karena rendahnya tingkat literasi digital masyarakat di satu sisi, juga didukung oleh intoleransi masyarakat (merujuk pada hasil riset LIPI).
- Hoaks sangat sering beririsan dengan isu-isu politik, mengingat tujuan politik adalah mencapai/merebut kekuasaan. Hoaks kerap kali bertujuan membangun legitimasi di satu sisi dan sekaligus mendeligitimasi pihak lawan di sisi lain.
- Hoaks telah dan makin memperlebar segregasi sosial, khususnya sejak Pilpres 2014, disusul dengan Pilgub DKI Jakarta.
- Upaya mengatasi hoaks harus melalui tindakan preventif melalui edukasi dan sosialiasi jauh lebih penting dan strategis ketimbang kuratif dalam bentuk penindakan hukum. Program literasi (media) digital harus menjadi concern bersama banyak pihak, salah satunya Mafindo.
- Sikap yang harus diambil terkait dengan upaya mengeliminasi hoaks antara lain melalui kampanyen”Saring sebelum sharing!”.
- Mafindo telah membuat aplikasi pendeteksi hoaks melalui Hoaxbuster Tools, yang dapat diunduh di Play Store. Aplikasi ini mudah digunakan untuk mengidentifikasi dan memverifikasi hoaks.



Seminar “Menjadi Generasi Kritis dengan Literasi Digital di Era Milenial”
Senin, 22 April 2019, MAFINDO Semarang Raya mengisi seminar “Menjadi Generasi Kritis dengan Literasi Digital di Era Milenial” yang diselenggarakan oleh Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang. Seminar ini diselenggarakan pukul 08.00 di lantai 1 Gedung Kuliah Bersama Unissula. Seminar ini menghadirkan relawan MAFINDO Semarang Dr. Fadjar Hari Mardiansjah, M.T., M.D.P. dan Aldinshah Vijayabwana sebagai pembicara. Selain Dr. Fadjar dan Aldin, hadir pula Presidium MAFINDO Semarang Ir. Farid Zamroni, dan relawan MAFINDO Semarang Nani Hidayati, yang juga dosen pembimbing panitia penyelenggara.
Dr. Fadjar menyampaikan materi dengan judul “MAFINDO dan Literasi Digital”. Setelah menjelaskan apa itu MAFINDO dan kiprah MAFINDO, Koordinator Wilayah MAFINDO Semarang ini menjelaskan pentingnya literasi digital. Dr. Fadjar menjelaskan di hadapan 140 mahasiswa dan dosen Unissula bahwa canggihnya teknologi sekarang harus diikuti juga dengan intellectual augmentation (IA) alias penguatan pengetahuan. “Kalau Anda menjawab ‘tidak tahu’ saat ditanya, itu berarti Anda masih di zaman Flinstone! Saat ini jawaban yang tepat adalah ‘sebentar, lima menit lagi saya tahu jawabannya’ karena Anda bisa browsing dulu,” ucap dosen Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK) Fakultas Teknik Universitas Diponegoro ini.
Aldin menyampaikan materi tentang Hoaks dan Pencegahannya. Aldin memaparkan pengertian hoaks, contoh-contoh hoaks dan apa yang bisa kita lakukan untuk melawan hoaks. Aldin juga memperkenalkan aplikasi Hoax Buster Tools (HBT) untuk secara cepat mendeteksi berita hoaks. “Hoaks menyerang respons primitif otak kita, yang sebenarnya berfungsi untuk survival. Ketika suatu informasi membuat kita merasa marah sekali, jantung berdebar kuat, keluar keringat dingin, STOP! Kritisi apapun yang kita baca, dan jangan fanatik buta supaya tidak terkena hoaks,” jelas mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro ini.
Setelah pemaparan materi selesai, acara dilanjutkan dengan game Kahoot seputar materi seminar. Soal-soal Kahoot ternyata juga melatih peserta seminar untuk menjadi pemeriksa fakta, sebab pilihan jawaban menuntut ketelitian peserta seminar agar dapat memilih jawaban tepat. Sebagai contoh adalah soal tentang aplikasi pencari hoaks dari MAFINDO, di mana terdapat pilihan jawaban ‘Hoax Buster Tools’ dan ‘Hoax Buster Tool’. Setelah sepuluh soal selesai, lima peserta terbaik mendapatkan hadiah dari panitia.
Setelah sesi tanya jawab, Dr. Fadjar dan Aldin selaku pembicara mendapat kenang-kenangan dari panitia. Acara pun diakhiri dengan foto bersama.



AMSI dan AJI Periksa Fakta Pemilu Dibantu Google dan Mafindo
Jakarta, 17 April 2019 – Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) didukung oleh Masyarakat Antifitnah Indonesia (Mafindo) dan Google News Initiative menggelar program cek fakta selama penyelenggaraan Pemilihan Umum dan Pemilihan Presiden 17 April 2019.
Selama dua hari, sejak Selasa 16 April 2019 dan hari ini, 17 April 2019 sejak Tempat Pemungutan Suara dibuka, puluhan pemeriksa fakta dari AMSI dan AJI sudah bersiap di lokasi di sebuah gedung pertemuan di Jakarta Pusat, untuk memeriksa potensi hoaks, kabar kibul dan disinformasi yang beredar di dunia maya sepanjang penyelenggaraan pemungutan suara.
Para pemeriksa fakta ini tergabung dalam inisiatif cekfakta.com yang diperkuat 24 media online anggota AMSI dan Mafindo. Ada juga para pemeriksa fakta yang tergabung dalam jejaring alumni pelatihan cekfakta yang digelar AJI bersama Google News Initiative.
Selain yang bekerja di Jakarta, program ini juga didukung oleh 15 AMSI wilayah yang ada di seluruh Indonesia. Para pemeriksa fakta di daerah ini bekerja bersama dikoordinasikan oleh media anggota AMSI di Medan, Padang, Pekanbaru, Palembang, Bandung, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Pontianak, Denpasar, Makassar, Mamuju, Manado, Ambon dan Jayapura. Ke-15 wilayah ini melakukan periksa fakta atas kabar hoaks yang beredar di wilayahnya didukung oleh para pemeriksa fakta alumni training AJI.
Dengan dibantu aplikasi Check, yang juga digunakan untuk inisiatif serupa di Amerika Serikat, Meksiko, Brasil dan India, tim cek fakta di Indonesia memeriksa ratusan klaim yang beredar di media sosial dengan kata-kata kunci yang terkait integritas dan kredibilitas penyelenggaraan pemilu. Misalnya: antrean pemilih, politik uang, serangan fajar, intimidasi pemilih, kinerja KPU dan lain-lain.
Pemilahan klaim di media sosial dibantu oleh puluhan mahasiswa dari Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Universitas Indonesia, dan sejumlah kampus di Jakarta.
Setelah klaim dinilai relevan dengan kepentingan publik, para pemeriksa fakta mulai bekerja, melakukan verifikasi, dengan mencari asal muasal klaim, mencocokkan dengan sumber data primer dan memastikan konteks dari klaim tersebut. Setelah diperiksa, klaim tersebut diberikan status final, yakni: benar (true), salah (false), sesat (mislead), tidak ada kesimpulan (inconclusive) atau tak tuntas (disputed).
Hasil periksa fakta itu kemudian diolah menjadi artikel untuk dimuat di media online anggota AMSI dan dipublikasikan di situs cekfakta.com. Tim media sosial CekFakta yang didukung oleh International Center for Journalists (ICFJ) kemudian menyebarluaskan artikel-artikel tersebut agar bisa diakses publik secara luas.
Ketua Umum AMSI Wenseslaus Manggut menjelaskan alasan di balik program ini. “Cek fakta ini membuat dunia jurnalisme kita kembali dipercaya oleh publik. Inisiatif ini juga menolong publik menyaring informasi yang beredar, membantu mereka memilah mana yang benar, mana yang keliru, dan mana yang hoaks belaka. Kami berharap program cekfakta ini mengembalikan kebenaran ke ruang bersama.”
Sementara Ketua Umum AJI Abdul Manan menegaskan pentingnya program ini untuk publik. “Esensi jurnalisme adalah disiplin verifikasi. Dengan inisiatif cek fakta, jurnalis kembali menjalankan fungsi utamanya dalam melayani kepentingan publik yakni menyediakan informasi yang faktual, kredibel dan akurat. Ini teramat penting di era media sosial, ketika hoaks, kabar kibul dan disinformasi beredar di mana-mana, dan lebih-lebih lagi, di masa pemilu ketika publik amat membutuhkan rujukan yang bisa dipercaya.” Karena itu, kata Manan, “Inisiatif cek fakta ini menjadi salah satu upaya signifikan jurnalis dan media untuk melawan disinformasi yang banyak berseliweran selama pemilu.”
Irene Jay Liu, Kepala Google News Lab, Asia Pasifik, menegaskan bahwa model kolaborasi cek fakta di Indonesia bisa jadi contoh di seluruh dunia. “CekFakta’s work fighting misinformation today, and throughout the election season, is an inspirational model of how journalists and news organizations can collaborate in the public interest. The Google News Initiative is honored to be able to support CekFakta’s ongoing efforts.” (terjemahan: Kerja Cekfakta.com dalam melawan misinformasi saat ini, dan selama masa pemilu yang baru lewat, bisa jadi inspirasi dan model kolaborasi jurnalis dan media untuk kepentingan publik. Google News Initiative merasa terhormat untuk bisa mendukung upaya terus menerus dari inisiatif cekfakta ini.”)
Mohammad Khairil Haesy, anggota Komite Cek Fakta Mafindo menjelaskan alasan kenapa program ini harus terus dilakukan di masa mendatang. “Kami mendukung inisiatif cek fakta ini karena makin maraknya info keliru di masyarakat. Penyebaran hoaks yang masif membutuhkan kehadiran banyak artikel periksa fakta. Program ini membuat keberadaan informasi yang terverifikasi makin banyak di publik. Ke depan, kami berharap program seperti ini terus diadakan, terutama untuk pemilihan umum berikutnya.”
KETERANGAN:
Untuk keperluan peliputan, silakan menghubungi Ratna Ariyanti di +62 818-477-455 (Mohon bisa memberitahukan terlebih dahulu jika ingin mengambil gambar di lokasi. Program cekfakta pada Rabu 17 April 2019 akan berlangsung sampai pukul 21.00 WIB)
Nongkrong Anti Hoax, Upaya HCC Kalbar Perangi Hoax Jelang Pemilu 2019
PONTIANAK – Hoax Crisis Center (HCC) Kalimantan Barat yang merupakan bagian dari Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (MAFINDO) bekerjasama dengan Kepolisian Daerah (Polda) Kalimantan Barat menyelenggarakan acara Nongkrong Anti Hoax bertema Milenial Anti Hoax Hadapi Pemilu 2019 di Cafe Fuzz Pontianak, Jalan Sutan Syahrir, Selasa (16/04/2019) mulai pukul 17.00 Wib-selesai.
Talkshow dimeriahkan sejumlah hiburan diantaranya penampilan IW Band, Stand Up Comedy dari Komika Tegar, serta berbagai games dan hadiah bagi peserta.
Acara yang diikuti oleh mayoritas generasi millenial Kota Pontianak itu berjalan meriah, edukatif dan mencerahkan.
Ratusan peserta tampak antusias mendengarkan pemaparan narasumber-narasumber berkompeten yang punya tanggung jawab besar terhadap suksesnya Pemilu 2019.
Sejumlah narasumber itu yakni Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Kalimantan Barat Irjen Pol Didi Haryono, Komisioner Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Kalbar Faisal Riza, Praktisi Literasi Digital Leo Prima dan Ketua HCC Kalbar Reinardo Sinaga, hingga Anggota KPU RI Viryan Azis.
Dalam sambutannya, Ketua HCC Kalbar Reinardo Sinaga mengatakan kegiatan seperti ini merupakan kegiatan kesekian lainnya yang diselenggarakan oleh HCC Kalbar.
Sejak bulan Juli 2018, HCC Kalbar telah bergerak dalam upaya menjaga semangat literasi media sosial masyarakat Kalbar, khususnya generasi millenial.
“Kita bergerak dari tahun lalu tepatnya bulan Juli. Kita pertama yang terbentuk dan mendirikan HCC,” ungkapnya.
Seperti diketahui arus informasi di media sosial dan dunia maya membanjiri perangkat android setiap orang. Tidak semuanya informasi tersebut jelas sumber dan kebenarannya.
Fakta mencengangkan tergambar dari hasil riset penelitian. Pasalnya, dari total 24 jam sehari, setidaknya paling sedikit manusia habiskan waktunya paling sedikit 12 jam.
“Ya, 12 jam itu kita memegang handphone dan berselancar menggunakan internet,” terangnya.
Hoaks atau kabar bohong, kata dia, tidak terlepas dari diri pribadi sebagai netizen dan penikmat berita maupun informasi.
“Yang selama ini kita yakini bahwa itu benar, padahal tidak benar. Contohnya di grup WA keluarga. Ada informasi yang dikirim oleh Mak Long dan Pak Long kita. Kita dipaksa untuk mempercayai itu. Padahal, harusnya tidak,” paparnya.
Seyogyanya, informasi itu harus kita klarifikasi atau de-bunk agar diketahui kebenarannya.
Melalui nongkrong anti hoaks ini, HCC coba membangun budaya yang selama ini mulai luntur di era kemajuan teknologi dan informasi.
“Lebih enak bertatap muka daripada ghibah di media sosial untuk mencari kebenaran informasi,” jelasnya.
Jelang pelaksanaan pemungutan suara atau masa pencoblosan pada 17 April 2019, Reinardo Sinaga berpesan agar masyarakat Indonesia khususnya generasi millenial untuk tunaikan hak pilihnya sesuai keyakinan masing-masing.
“Pesta demokrasi besok (17 April 2019), siapapun pilihan anda jadilah pilihan anda. Bukan karena hasutan, desakan dan tuntutan orang lain,” pungkasnya.
Komisioner Bawaslu Kalbar, Faisal Riza mengatakan semakin jelang Pemilu, kita lebih banyak menemukan hoaks. Hoaks harus kita lawan karena dampaknya merugikan bangsa dan negara.
“Hoaks membuat terjal jurang pemisah diantara masyarakat dan begitu kentara di Pemilu 2019,” terang Faisal Riza.
Jika ada laporan tentang hoaks, Bawaslu akan teruskan itu ke tahapan selanjutnya jika hoaksnya politik karena sudah diatur dalam peraturan-peraturan mengenai Pemilu.
“Jika peserta Pemilu menjelek-jelekkan atau memberikan ujaran kebencian, tindakan itu bisa dipidana. Khusus media sosial, harus dicari pelakunya apakah menggunakan akun palsu atau tidak,” jelas dia.
Tahun 2022-2036, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi yakni angkatan kerja atau angkatan produktif lebih besar dari pada usia tidak produktif.
Mulai saat ini, katakan tidak pada politik uang, berita hoaks dan ujaran kebencian. Khususnya, berita-berita mengacaukan Pemilu seperti menyebutkan Pemilu gagal yang dapat memicu chaos.
“Besok datang ke Tempat Pemungutan Suara (TPS), jadikan hak suara kita bermanfaat dan berkualitas. Pilihlah calon wakil pemimpin kita yang benar-benar menurut generasi millenial bisa membawa kemajuan, aspirasi dan kebutuhan, serta paham dengan kondisi dan masalah bangsa,” imbuh dia.
“Pemilu gerbang menuju bonus demografi dan itu jadi modal dasar menjadi negara maju,” tandasnya.
Kapolda Kalbar Irjen Pol Didi Haryono memaparkan berita hoaks pada umumnya punya tujuan negatif, tidak ada untuk hal positif.
Tujuan hoaks adalah untuk mengacaukan situasi, membuat seseorang terhina, terkucilkan, pencemaran nama baik, fitnah dan SARA.
“Dampak hoaks paling parah adalah dapat berdampak ke hal negatif terkait keamanan negara. Kita harus samakan persepsi terkait upaya melawan hoaks,” timpal dia.
Berdasarkan catatan Polda Kalbar, umumnya hoaks paling banyak masalah sosial politik yang prosentasenya hampir 91,8 persen.
Untuk mengetahui mana informasi hoaks atau tidak, maka diperlukan kecerdasan memilah informasi mana yang baik atau tidak.
92,4 persen hoaks disebarkan melalui sarana media sosial. Mayoritas berbentuk tulisan dan gambar.
“Polda Kalbar telah banyak menindak para pelaku pembuat dan penyebar hoaks yang melanggar Undang-Undang ITE. Tahun 2018, ada sekitar 20 kasus diproses. Tahun 2019, ada 25 kasus,” imbuh dia.
UU ITE sebagai instrumen hukum untuk menjerat pembuat dan penyebar hoaks serta ujaran kebencian. Kapolda Kalbar meminta generasi millenial manfaatkan diskusi untuk hal-hal baik dan positif untuk pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia khususnya Kalbar. Ini agar negara kita bisa maju dan berkompetisi.
“Mari bangun daerah kita dengan kemampuan dan kompetensi yang kita punyai. Mari sama-sama bangun nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Kalbar. Menjadi generasi millenial yang unggul dan bermartabat,” ajaknya.
Irjen Pol Didi Haryono mengimbau generasi millenial rapatkan barisan dan bangun hubungan solid. Sehingga, orang-orang yang ingin merusak suasana dan kondisi Kalbar bisa kapok dan sadar generasi millenial Kalbar anti hoaks.
Selama ini, Polda Kalbar lakukan patroli cyber terhadap ujaran kebencian dan hoaks yang berpotensi memcah belah bangsa. Kapolda memberikan tips mencegah hoaks. Pertama, jangan terprovokasi. Kedua, jangan baca judulnya saja, setengah-setengah. Ketiga, pastikan keaslian foto dan video.
“Keempat, bersikap kritis terhadap informasi yang diterima. Langkah mencegah hoaks juga melalui rumus 4C yakni Cek, Ricek, Kroscek dan Final Cek. Awasi Pemilu dan jangan golput,” tandasnya.
Sementara, Komisioner KPU RI Viryan Aziz mengimbau masyarakat pendukung peserta pemilu harus siap menang dan kalah dalam Pemilu yang digelar hari ini, 17 April 2019.
“Kami mengimbau masyarakat di akar rumput siap menang dan kalah, tentunya nanti ketika di atas tidak ada lagi yang dipersoalan. Ada masalah di bawah selesaikan di bawah,” pesan Viryan saat menghadiri acara Millenial Anti Hoaks yang digelar Hoax Crisis Center di Kafe Fuz Jalan Sutan Syahrir, Selasa (16/4).
KPU sendiri sudah menyusun alur hitung dan rekap suara dalam pemilu 2019. Dimana alur hitung di tingkat TPS berjalan tanggal 17-18 April 2019. Kemudian naik di tingkat kecamatan tanggal 18 April – 4 Mei 2019. Lalu untuk tingkat kabupaten/kota berlangsung dari tanggal 22 April – 7 Mei 2019. Tingkat provinsi 22 April – 12 Mei 2019. Secara nasional alur hitung dan rekap suara berlansung tanggal 22 April h- 22 Mei 2019.
“Jadi hasil pemilu 2019 paling lambat KPU tetapkan tanggal 22 Mei 2019,” sebut Viryan saat pemaparan.
Hingga tanggal penetapan hasil pemilu 2019, proses dilakukan secara berjenjang. Mulai dari tingkat TPS, kecamatan, kabupaten/kota, provinsi dan pusat.
Sementara itu kegiatan pemunguta dan penghitungan suara berlangsung di TPS dari tanggal 17 hingga 18 April 2019. Untuk tanggal 18 April itu berlangsung sampai pukul 12.00 siang.
“Penambahan waktu itu berdasarkan putusan MK Nomor 40 Tahun 2019, karena kompleksitas teknis pemilu di lapangan. Mahkamah melihat perlu diperpanjang waktu penghitungan suara. Perpanjangan dilakukan tanpa jeda, jadi tidak boleh berhenti,” jelas Viryan.
Viryan menambahkan rapat pleno rekapitulasi itu nanti dilakukan secara terbuka. Rapat itu dihadiri para saksi dan pengawas pemilu. Bahkan bisa disaksikan masyarakat yang juga dapat mengakses hasil rekapitulasi.
“Biasanya masyarakat nanti memfoto hasil rekapitulasi itu. PKPU Nomor 9 Tahun 2019 memungkinkan itu. Jadi katakan lah hasil pemilu di TPS bisa memfoto. C1 Plano ukuran foto dan selesai, masyarakat punya hak untuk memfoto,” jelas Viryan.
“Kami mengimbau untuk menjaga dugaan kecurangan. Silakan masing-masing pendukung hadir dan nonton bareng. Pastikan proses kegiatan di masing-masing TPS berjalan sesuai aturan dan tanpa manipulasi,” tambah Viryan.
KPU bahkan mengajak melakukan deklarasi hasil pemilu secara partisipatif di akun media sosialnya masing-masing.
“Misalnya di TPS kami yang menang A atau B. Hal-hal semacam ini, dapat meminimalisir upaya adu domba yang berkembang di masyarakat,” pungkasnya. (HCC Kalbar)



Pemilih Pemula Cerdas Bermedia Sosial “Suara Kita Menentukan Masa Depan”
Acara yang diadakan oleh Relawan Demokrasi KPU Kota Surakarta ini bertajuk “Pemilih Cerdas Bermedia Sosial”. Mafindo Soloraya mengirimkan salah satu relawannya yaitu Giri Lumakto sebagai ketua Divisi Literasi dan Narasi. Sedang narsum lain adalah seorang dosen Sosiologi dari Universitas Sebelas Maret, Ahmad Romdhon. Acara ini berlangsung pada hari Selasa, 16 April 2019 di Arje Kitchen Kentingan Surakarta pada pukul 09:00-12:00 WIB.
Diskusi dimulai dengan penjabaran dari Giri Lumakto dari Mafindo Soloraya tentang sejarah sosial media. Sifat-sifat sosial media yang open dan kontennya dibuat oleh usersnya. membuat platform sosial media digandrungi. Seperti Facebook dan Twitter kini memiliki ratusan juta users. Dengan terutama berfokus pada era booming sosial media setelah tahun 2000. Dimana banyak dibuat dan disebarkan. Hal ini berbarengan dengan trend internet baik di dunia maupun di Indonesia.
Ekses negatif dari sosial media sendiri kini didapati negatif. Berita hoaks atau berita bohong menyebar dengan cepat dan masif. Setiap orang dengan sosial media kini bisa berbagi dan membuat posting. Terkadang postingnya pun tidak terkontrol. Apalagi di saat Pemilu, banyak sekali hoaks yang mendelegitimasi KPU sebagai penyelenggara. Tim Litbang Mafindo sendiri telah mendata sekitar puluhan hoaks yang menyerang KPU.
Sudut pandang Sosiologi, Ahmad Romdon melihat Pemilu sebagai perhelatan demokrasi suatau negara. Pemilu 2004, 2009, dan kini berbeda sekali dengan Pemilu sebelumnya. Dimana rezim pemerintah Orde Baru pada waktu itu memiliki kepentingan politik dengan Golkar. Sedang PDI dan PPP waktu itu dianggap sebagai partai oposisi yang tidak banyak bersumbangsih untuk pemerintahan. Karena semua aspek pemerintahan pada waktu itu dikuasai oleh rezim penguasa.
Fenomena golput pada waktu dulu, dianggap sebagai sebuah gerakan sosial. Dimana dengan tidak memilih partai yang ada berarti sebagai bentuk protes terhadap rezim. Golput pada waktu itu adalah gerakan yang didasari pada prinsip untuk melawan. Sedang golput kini jauh berbeda dari gerakan protes atau perlawanan. Jadi sebagai pemilih, setiap suara begitu berharga untuk masa depan bangsa ini nantinya.
Beberapa pertanyaan benyak berfokus cara untuk mengenali hoaks di sosial media. Hoaks yang beredar umumnya memiliki narasi yang sensasional dan tidak masuk akal. Sedang beberapa pertanyaan lebih kepada teknis administrasi pencoblosan. Dimana banyak mahasiswa perantau di kampus UNS tidak bisa memberikan suaranya karena belum mengurus form A5.



MAFINDO kedatangan Council Of Asian Liberals and Democrats (CALD) atau Dewan Liberal dan Demokrat Asia
Malam ini, Hari Senin 15 April 2019 kami, MAFINDO kedatangan CALD Election Mission to Indonesia. CALD adalah Council of Asian Liberals and Democrats atau Dewan Liberal dan Demokrat Asia adalah sebuah organisasi regional dari partai-partai politik liberal dan demokratis di Asia. Ada delapan partai anggotanya:
• Partai Demokrat Thailand
• Partai Demokrat Progresif Taiwan
• Partai Liberal Filipina
• Partai Liberal Sri Lanka
• Dewan Nasional Uni Burma
• Partai Gerakan Rakyat Malaysia
• Partai Sam Rainsy Kamboja
• Partai Demokratis Singapura
• PDIP dan PKB dari Indonesia
Misi mereka kali ini adalah Cald Election Mission to Indonesia. Dipimpin oleh Executive Director CALD Cerlito Arlegue dan Program Manager nya Paolo Zamora. Mereka datang minus PDIP dan PKB, 11 orang dari mereka, dimana 5 di antaranya adalah anggota parlemen masing – masing negara, bahkan 2 di antara nya masuk dalam pucuk jajaran Partai. Mereka ingin menyapa dan mengetahui mengenai kiprah MAFINDO. Bagaimana kontribusi MAFINDO dalam penanggulangan hoaks di Indonesia sebagai suatu komunitas dan bagaimana MAFINDO menangani hoaks di tengah ramainya isu politik menjelang PEMILU.
Kami menyampaikan bahwa MAFINDO adalah organisasi independent non-profit berbasis relawan, dan dibantu oleh team kantor dimana terdapat pemeriksa fakta yang bekerja secara full maupun remote atau dari luar kantor. Mereka sangat tertarik dengan adanya relawan yang dapat berkolaborasi dengan team pemeriksa fakta. Untuk itu kami juga mengajak team relawan terdekat yang bisa hadir untuk diperkenalkan kepada team Cald Election Mission to Indonesia.
Mereka sempat menanyakan siapakah kubu penyebar hoaks terbanyak, namun kami selaku team pemeriksa fakta dan sebagai MAFINDO menyatakan bahwa soal hoaks ini bukan melihat kepada siapa lebih banyak dari siapa, tetapi efek yang ditimbulkan akibat hoaks tersebut mempunyai akibat yang daya rusaknya berbeda dan itu yang seharusnya menjadi perhatian untuk dibasmi. Juga menekankan edukasi yang berkelanjutan dan terprogram, pembangunan kapasitas relawan dan team, dukungan masyarakat, dan penegakan hukum adalah beberapa faktor yang turut menentukan keberhasilan dibasminya hoaks dan kawan2 nya.
Mereka kagum karena kita dapat bekerjasama dengan kementerian sekaligus dengan mitra lain dengan tetap berpegang pada etik yang ada di organisasi. Paolo selaku Program Manager menyatakan belajar begitu banyak dari MAFINDO dan tidak lupa senang dengan audiensi anti hoaks ke partai-partai oposisi dan pro yang dilakukan MAFINDO
Salam dari mereka untuk penasehat, pendiri, presidium, dan seluruh relawan hebat MAFINDO. Semoga dapat belajar dari kita suatu saat di negara mereka masing – masing kelak.
Salam??



Public Campaign MAFINDO Yogyakarta di Pantai Parangtritis, Bantul
Kegiatan Public Campaign MAFINDO Yogyakarta pada hari Minggu, 14 April 2019 di Pantai Parangtritis, Bantul, D.I.Yogyakarta pukul 08.00 – 11.00 WIB. dalam kegiatan tersebut para relawan MAFINDO membagikan berupa brouser, pin, dan permainan ular tangga anti hoaks kepada seluruh pengunjung di pantai parangtritis.




